Apa Itu Keris Patrem

Apa Itu Keris Patrem : Pembahasan Lengkap

Posted on

Exponesia.id – Apa Itu Keris Patrem : Pembahasan Lengkap. Apakah Anda pernah mendengar tentang Keris Patrem? Senjata khas Nusantara ini bukan hanya sekadar pisau lipat, tetapi juga menjadi simbol budaya yang sarat akan sejarah dan makna mistis. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi lebih dalam tentang apa sebenarnya Keris Patrem, asal-usulnya, serta signifikansi budaya dan spiritual yang melekat padanya. Siap untuk meresapi kekayaan budaya Nusantara melalui lensa yang unik ini? Mari kita mulai dengan memahami esensi dari Apa Itu Keris Patrem.

Apa Itu Keris Patrem?

Keris Patrem, atau yang sering disebut Keris Kecil, adalah varian keris yang memiliki ukuran lebih kecil daripada keris konvensional. Rata-rata, Keris Patrem memiliki panjang antara 15 hingga 25 cm. Meskipun ada keris dengan ukuran yang lebih kecil, namun keris tersebut tidak dapat disebut Keris Patrem, melainkan lebih tepat diidentifikasi sebagai jimat berbentuk keris-kerisan.

Untuk dapat dianggap sebagai Keris Patrem, senjata tersebut harus terbuat dari bahan-bahan yang sama dengan keris konvensional, seperti besi, baja, dan material pamor. Proses pembuatannya juga harus mengikuti pedoman tradisional keris. Dengan demikian, keris kecil yang terbuat dari seng, kuningan, atau dibuat dengan metode cor (cetakan) tidak dapat dianggap sebagai Keris Patrem.

Dalam karya “Ensiklopedi Keris” karya Bambang Harsrinuksmo, Keris Patrem sering dianggap sebagai keris khusus untuk wanita, dengan ukuran yang hanya sejengkal dan memiliki bilah yang ramping dengan ornamen yang minimal. Umumnya, Keris Patrem memiliki dimensi kecil dan pendek, menimbulkan dugaan bahwa pembuatannya ditujukan khusus untuk kaum wanita.

Keris Patrem dikenal dengan beberapa variasi lainnya, seperti Keris Sajen (yang diyakini berasal dari era Majapahit), Keris Cundrik, dan Keris Sombro (yang dikaitkan dengan Nyi Mbok Sombro dari Pajajaran). Meskipun demikian, ketiga jenis keris ini memiliki fungsi yang berbeda dengan Keris Patrem.

Kami percaya bahwa ketiga jenis keris tersebut bukanlah bagian dari kategori Keris Patrem. Keris Sajen dan Cundrik, misalnya, digunakan sebagai persembahan dalam upacara keagamaan di masa lalu dan kemudian dilemparkan ke sungai atau laut. Keris Sajen jelas bukanlah senjata yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat Jawa.

Sementara itu, Keris Sombro mungkin adalah varian yang paling sesuai dengan persepsi tentang keris untuk wanita, berdasarkan bentuknya yang lebih feminin dan kegunaan yang kurang praktis untuk kegiatan sehari-hari.

Meskipun Keris Patrem memiliki ukuran yang lebih kecil, namun memiliki karakteristik yang mirip dengan keris konvensional. Sebagian besar dibuat dengan pola pamor yang sederhana, kadang-kadang menggunakan bilah dengan ganja iras (ganja menyatu dengan bilah keris). Tepian bilah umumnya tidak tajam atau sengaja dibuat begitu.

Meskipun begitu, motif pamor tiban tidak dirancang secara spesifik oleh Empu pembuatnya, sehingga jarang ditemukan yang memiliki pamor yang menarik. Kebanyakan keris Patrem memiliki garapan yang kasar, menandakan kemungkinan pembuatan dalam jumlah besar untuk tujuan tertentu.

Meskipun Keris Patrem sering dianggap sebagai senjata khusus untuk wanita, beberapa ahli memiliki pendapat yang berbeda. Mereka meyakini bahwa Keris Patrem sebenarnya adalah senjata yang khusus digunakan oleh anak-anak, berdasarkan catatan sejarah dari “Yingyai Sheng-Lan”, yang ditulis oleh penjelajah Cina bernama Ma Huan.

“…As to the dress [worn by] the people of the country: the men have unkempt heads; [and] the women pin up the hair in a chignon. They wear a garment on the upper part of the body, and a kerchief around the lower part. The men thrust a pu-la-t’ou into the waist; from little boys of three years to old men of a hundred years, they all have these knives, which are all made of steel, with most intricate patterns drawn in very delicate lines; for the handles they use gold or rhinoceros’ horn or elephants’ teeth, engraved with representations of human forms or devils’ faces, the crafts-manship being very fine and skilful…”

Pada tahun 1461 M, Ma Huan, yang mengikuti rombongan Laksamana Cheng-Ho atas perintah Kaisar Yen Tsung dari dinasti Ming, mencatat pengalamannya ketika mengunjungi Kerajaan Majapahit.

Di Majapahit, Ma Huan melihat hampir semua lelaki di negeri itu mengenakan belati lurus atau berkelok-kelok sejak mereka masih anak-anak, bahkan sejak berumur tiga tahun. Belati yang disebutkan di sini jelas merujuk pada keris.

Dari catatan tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak mungkin seorang anak berusia 3 tahun mengenakan keris dengan panjang lebih dari 30 cm seperti keris-keris normal buatan Majapahit.

Oleh karena itu, kemungkinan besar anak-anak akan menggunakan keris patrem atau keris kecil yang secara khusus diperuntukkan bagi mereka. Ukurannya akan sesuai untuk dibawa atau digunakan dalam upacara-upacara tertentu. Dengan ujung dan tepian yang tumpul, diharapkan anak-anak tidak terluka oleh senjata tersebut.

Meskipun begitu, mengingat bahwa Keris Patrem kecil juga dibuat oleh Empu dengan bahan-bahan pembuatan keris biasa, tidak semua anak mungkin memiliki atau mampu memiliki keris Patrem yang istimewa.

Keris Patrem dengan ornamen yang mewah atau dihiasi dengan kinatah mungkin dimiliki oleh anak-anak bangsawan atau pedagang kaya. Sementara yang lainnya akan mengenakan keris kecil yang diproduksi secara massal sehingga memiliki bentuk yang lebih sederhana.

Namun, muncul pertanyaan, apa tujuan memberikan Keris Patrem atau Keris Kecil kepada anak-anak? Apakah tidak berpotensi membahayakan mereka?

Dari sudut pandang ini, kita dapat melihat hakikat keris itu sendiri. Masyarakat Jawa memandang keris sebagai simbol kehidupan dan pandangan hidup. Kemungkinan besar, orang tua mengajarkan kepada anak-anak mereka nilai-nilai kehidupan melalui keris.

Mengajarkan tradisi dan filosofi hidup melalui sebuah keris, agar anak-anak nantinya dapat mencintai budayanya dan memegang teguh nilai-nilai yang terkandung dalam keris itu sendiri.

Jika Keris Patrem Kecil memang diperuntukkan bagi anak-anak, lalu apa yang digunakan oleh wanita pada zaman dahulu? Berdasarkan beberapa informasi, wanita pada masa lalu sebenarnya jarang memiliki keris yang dibuat secara khusus untuk mereka.

Wanita pada masa itu umumnya menggunakan Tosan Aji lain, seperti wedung (Jawa: Wedhung), namun jarang digunakan untuk tujuan pertahanan diri. Lebih sering digunakan sebagai simbol kehidupan atau dalam kegiatan sehari-hari.

Namun, keberadaan keris buatan Nyai Mbok Sombro yang berukuran besar mungkin menunjukkan adanya keris yang dibuat khusus untuk wanita, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hal ini.

Keunggulan Keris Pusaka Patrem

Setelah mengetahui Apa Itu Keris Patrem, nah selanjutnya ada keunggulan Keris Pusaka Patrem bisa dijelaskan dari berbagai aspek, termasuk keunikan bentuknya, sejarahnya yang kaya, serta nilai kebudayaan dan mistis yang melekat padanya.

1. Keunikan Bentuk

Keris Patrem memiliki ciri khas ukuran yang lebih pendek dari keris pada umumnya. Meskipun demikian, hal ini bukan disebabkan oleh kerusakan atau patah, melainkan merupakan karakteristik intrinsik dari jenis keris ini. Keunikan ini menjadikan Keris Patrem menonjol dan mudah dikenali di antara koleksi senjata tajam lainnya.

2. Status sebagai Keris Pusaka

Di masa lalu, Keris Patrem menjadi simbol kebanggaan bagi permaisuri raja dan wanita bangsawan. Kehadirannya bukan hanya sebagai senjata, tetapi juga sebagai lambang kekuasaan, keberanian, dan kehormatan. Bahkan pada era modern ini, keberadaan Keris Patrem tetap menggugah rasa kagum dan kebanggaan, serta menjadi warisan budaya yang tak ternilai harganya.

3. Keterbatasan dan Kehandalan

Keris Patrem yang asli dan kuno memiliki nilai yang sangat tinggi karena keberadaannya yang langka. Kemahiran tangan-tangan terampil dalam membuatkannya juga menjadi faktor penentu dalam menentukan autentisitasnya. Oleh karena itu, Keris Patrem yang kuno menjadi incaran utama para kolektor senjata antik, memperkuat keanggunan dan kekayaan sejarahnya.

4. Fungsionalitas Tanpa Batasan Gender

Salah satu aspek menarik dari Keris Patrem adalah fungsionalitasnya yang tidak membedakan jenis kelamin. Dahulu, keris ini mungkin lebih sering dikaitkan dengan wanita bangsawan, namun pada zaman sekarang, baik pria maupun wanita dapat memiliki dan menghargai keberadaannya dengan nilai mistis dan kebudayaan yang tetap terjaga.

Kesimpulan

Dalam kesimpulan dari exponesia.id ini, apa itu Keris Patrem? Keris Patrem adalah lebih dari sekadar senjata tajam berukuran pendek. Ia adalah warisan budaya yang mempesona, sebuah simbol kekuatan dan kehormatan yang melintasi zaman. Dengan keunikan bentuknya, statusnya sebagai keris pusaka, keberadaannya yang langka, dan fungsionalitas tanpa batasan gender, Keris Patrem menampilkan keindahan dan kekayaan budaya Indonesia.

Melalui detil-detilnya yang menarik dan nilai-nilai sejarahnya yang mendalam, Keris Patrem terus memikat hati para penggemar seni, sejarah, dan kebudayaan. Sebuah karya seni yang hidup, sebuah warisan yang harus dijaga, Keris Patrem mengajak kita untuk menjelajahi kearifan nenek moyang serta merenungkan makna keberadaan dan keberlanjutan budaya kita.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *