Pengertian Na'at dan Man'ut

Pengertian Na’at dan Man’ut : Pembahasan Lengkap

Posted on

Exponesia.id – Pengertian Na’at dan Man’ut : Pembahasan Lengkap. Selamat datang dalam eksplorasi Pengertian Na’at dan Man’ut, istilah kaya akan makna budaya dan linguistik. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi kedalaman maknanya, akar sejarah, dan relevansinya saat ini. Mari memulai perjalanan untuk mengungkap kerumitan Pengertian Na’at dan Man’ut.

Pada bagian ini, kita akan mendefinisikan Pengertian Na’at dan Man’ut, membahas nuansa budaya dan linguistiknya. Memahami esensi istilah ini penting untuk menghargai perannya dalam berbagai konteks.

Pengertian Na’at dan Man’ut

Na’at merupakan sifat yang bertugaskan menjelaskan kata sebelumnya. Dalam jurumiyah tertulis bahwa:

النَّعْتُ هُوَ تَابِعٌ لِلْمَنْعُوْتِ فِيْ رَفْعِهِ، وَنَصْبِهِ، وَ خَفْضِهِ، وَتَعْرِيْفِهِ، وَتَنْكِيْرِهِ

Na’at adalah istilah yang mengikuti sifat-sifat gramatikal seperti rafa’, nashab, khofadh, ma’rifah, dan nakirah. Man’ut, pada dasarnya, adalah frasa yang diterangkan atau disifati oleh na’at. Dengan kata lain, na’at berfungsi sebagai kata sifat atau penjelas yang mengikuti struktur gramatikal dari man’ut.

Bentuk man’ut merujuk pada kemampuan na’at untuk beradaptasi dengan struktur gramatikal yang diikuti. Misalnya, jika man’ut memiliki bentuk marfu’, maka na’at juga harus memiliki bentuk marfu’, dan demikian pula dengan bentuk i’rab lainnya. Berikut adalah contoh untuk memperjelas konsep ini:

قَالَ رَجُلٌ كَرِيْمٌ
Telah berkata seorang lelaki mulia

  • قَالَ : fi’il madhi
  • رَجُلٌ : fa’il. Karena disifati, maka juga merupakan man’ut
  • كَرِيْمٌ : na’at, menyifati man’ut, yaitu رَجُلٌ

Na’at (كَرِيْمٌ) berupa isim nakiroh dan marfu’ (beri’rob rofa’). Kondisi na’at tersebut mengikuti man’ut (رَجُلٌ) yang juga berupa nakirah dan marfu’. Alamat rafa’ pada na’at dan man’ut tersebut adalah dhommah.

قَرَأْتُ الْكِتَابَ الْجَمِيْلَ
Aku telah membaca kitab/buku yang bagus

  • قَرَأْتُ : fi’il madhi
  • تُ : fa’il (berupa isim dhomir)
  • الْكِتَابَ : maf’ul bih dan man’ut
  • الْجَمِيْلَ : na’at

Man’ut (الْكِتَابَ) berbentuk isim ma’rifat dan beri’rob nashob. Oleh karena itu, na’at (الْجَمِيْلَ) juga mengikutinya, yaitu berbentuk isim ma’rifat dan manshub. Alamat nashab pada na’at dan man’ut tersebut adalah fathah.

Contoh Na’at Man’ut Dalam Keadaan Nakiroh

Nakirah merupakan istilah untuk kata benda yang menyiratkan arti satu, namun tanpa spesifikasi tertentu. Berbeda dengan ma’rifah yang merujuk pada sesuatu yang telah diidentifikasi, contoh kata benda nakirah meliputi meja, buku, dan bullpen, sementara ma’rifah akan mengacu pada entitas yang spesifik seperti buku Amir atau bullpen Fatimah, dan meja Zaid. Dengan demikian, perbedaan antara nakirah dan ma’rifah dapat lebih dipahami.

Untuk menghindari kebingungan dalam memahami contoh na’at man’ut dalam kondisi nakirah, berikut adalah tiga contoh kalimat na’at man’ut dalam keadaan nakirah beserta penjelasannya:

  1. تَرْمِيْهِمْ بِحِجَارَةٍ كَبِيْرَةٍ artinya kami melempari mereka dengan batu yang besar, na’atnya adalah kabirotin, man’utnya adalah hijaroh
  2. رَاَيتُ مَسْجِدًا جَمِيْلًا artinya saya melihat masjid yang bagus, na’atnya adalah jamilan, man’utnya adalah masjidan
  3. اِشْتَرَيْنَا كِتَابًا جَيِّدًا artinya kami telah membeli buku yang barui, na’atnya adalah jayyidan, man’utnya adalah kitaban.

Bagaimana Cara Membuat Kalimat Na’at Man’ut?

Setelah saudara melihat beberapa contoh kalimat na’at man’ut di dalam keadaan rofa’, nashob, khofad, nakiroh dan ma’rifat. Sekarang saudara harus memahami aturan atau cara membuat kalimat na’at man’ut, sebagai berikut :

  1. Kalimat na’at man’ut harus sama jenis, apabila man’utnya mudzakkar maka na’atnya harus mudzakkar contoh هَذَا كِتَابٌ جَيِّدٌ artinya ini buku yang bagus, apabila man’utnya mu’annats maka na’atnya harus mu’annats هَذِهِ سَيَّارَةٌ جَيِّدَةٌ artinya ini mobil yang bagus.
  2. Kalimat na’at man’ut harus sama jumlahnya, apabila man’utnya mufrod maka na’atnya harus mufrod contoh هُوَ طَالِبٌ مُجْتَهِدٌ artinya dia adalah pelajar yang rajin, apabila man’utnya mutsanna maka na’atnya harus mutsanna وَلِدَانِ جَيِّدَانِ artinya dua lelaki yang baik, Apabila man’utnya jamak maka na’atnya harus jamakاِنَّهُمْ مُسْلِمُوْنَ صَالِحُوْنَ artinya sesungguhnya mereka orang-orang muslim yang sholeh.
  3. Kalimat na’at man’ut harus sama nakirohnya atau ma’rifatnya, apabila man’utnya nakiroh maka na’atnya harus nakiroh, apabila man’utnya ma’rifat maka na’atnya harus ma’rifat. Sebagaimama contoh di atas.
  4. Kalimat na’at man’ut harus sama I’robnya, Apabila man’utnya manshub maka na’atnya harus manshub, apabila man’utnya majrur maka na’atnya harus majrur, apabila man’utnya marfu’ maka na’atnya harus marfu’. Sebagaimana contoh kalimat di atas.

Hukum Na’at dan Man’ut

Setelah mengetahui pengertian na’at dan man’ut, selanjutnya, mari mempelajari tentang hukum keduanya. Na’at serta man’utnya mempunyai aturan sebagaimana struktur lain dalam kaidah nahwu. Ada tiga hukum bentuk na’at dan man’ut yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. I’rab

Dari penjelasan pada poin pertama, terlihat bahwa na’at mengikuti man’ut. Ini berarti na’at tidak memiliki ciri, bentuk, atau i’rab tersendiri. Na’at berfungsi sebagai pengikut baik dari segi i’rab ataupun bentuk isim.

Na’at sendiri dapat masuk dalam beberapa golongan, seperti marfu’atul asma’, manshubatul asma’, dan mahfudhatul asma’. Ini berarti na’at dapat memiliki i’rab seperti rofa’, nashob, dan jar. Sebagai contoh:

ذهبتُ إلَى المَسْجِدِ الكَبِيْرِ

Di mana الكَبِيْرِ menjadi na’at dan المَسْجِدِ menjadi man’ut. Keduanya merupakan majrur yang ditandai dengan adanya huruf jar (إلَى) dan harokat kasroh di akhir lafadz.

2. Bentuk Isim (Nakirah dan Ma’rifah)

Selain i’rab, na’at dan man’ut juga saling mengikuti dari segi bentuk isim, yaitu nakirah dan ma’rifah. Jika man’ut berbentuk ma’rifah atau nakirah, maka na’at juga harus mengikuti bentuk tersebut.

Contoh di atas pada poin i’rab na’at dan man’ut menunjukkan bahwa man’ut (المَسْجِدِ) adalah isim ma’rifah yang ditandai dengan adanya al. Na’at (الكَبِيْرِ) juga berupa isim ma’rifah karena mengikuti bentuk man’ut.

3. ‘Addad (Jumlahnya)

Na’at dan man’ut dapat berupa isim mufrad, mutsanna, atau jamak. Contohnya:

  • جاء الطالب الناجح (siswa yang rajin)
  • جاء الطالبان الناجحان (dua siswa yang rajin)
  • جاء الطلاب الناجحون (para siswa yang rajin)

Dari tiga contoh di atas, jumlah na’at dan man’ut selalu sama. Contoh pertama melibatkan na’at dan man’ut berupa isim mufrad (satu). Contoh kedua melibatkan isim mutsanna (dua), dan contoh ketiga melibatkan isim jamak (banyak).

Penutup

Semoga artikel ini memberikan wawasan dan pemahaman yang lebih dalam mengenai pengertian Na’at dan Man’ut, serta mendorong kita untuk menjalani kehidupan dengan penuh rasa syukur dan ketaatan. Mari kita terus mengembangkan diri dan mencapai kehidupan yang lebih bermakna melalui penerapan nilai-nilai ini dalam setiap aspek kehidupan kita.

Itu saja uraian secara lengkap yang bisa exponesia.id bahas mengenai Pengertian Na’at dan Man’ut. Semoga bermanfaat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *