Bacaan Manaqib Syeikh Abdul Qodir Al Jailani

Mengenal Bacaan Manaqib Syeikh Abdul Qodir Al Jailani

Posted on

Exponesia.id – Mengenal Bacaan Manaqib Syeikh Abdul Qodir Al Jailani. Ketika berbicara tentang perjalanan spiritual dalam Islam, nama Syeikh Abdul Qodir Al-Jailani sering kali menjadi puncak pembicaraan. Beliau adalah figur ulama besar yang meninggalkan warisan keilmuan dan kebatinan yang tak ternilai. Dalam serangkaian bacaan Manaqib Syeikh Abdul Qodir Al-Jailani, kita dapat merenung pada kehidupan dan ajaran beliau yang telah memberikan inspirasi bagi jutaan umat Muslim.

Artikel ini akan membahas beberapa poin kunci dari Bacaan Manaqib Syeikh Abdul Qodir Al Jailani, menggali hikmah dan pelajaran yang dapat diambil dari perjalanan spiritual beliau. Melalui penelusuran ini, diharapkan pembaca dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang kebesaran jiwa dan keilmuan seorang ulama agung yang tetap memancarkan cahayanya hingga kini.

Bacaan Manaqib Syeikh Abdul Qodir Al Jailani

Berikut adalah Bacaan Manaqib Syeikh Abdul Qodir Al Jailani yang bisa kalian ketahui :

عِبــَادَ اللهِ رِجَــالَ اللهِ – أَغِيْثُـنَـا لِأَجْـلِ اللهِ

“Ibadallah Rijalallah Aghitsuna li ajlillah .…Li Ajlillah”

(Wahai Hamba hamba Allah, Wahai wali-wali Allah. Tolonglah kami karena Allah)

 

وَكُـونُـواأَوْلَـنــــَا لِلّهِ – عَـسـَى نَخْـــطَى بِـفَضْـــــلِ للهِ

“Wakuunu Aulaana Lillaah Asaa Nakhtoo Bifadhlillah”

(Bantulah kami karena Allah, Semoga tercapai hajat kami karena anugerah Allah)

 

وَيَـاأَقْـــطَابُ وَيـَاأ نْجَـــاب – وَيَـاسَادَ اتُ ويَـاأَحْبَــابُ

“Wa Yaa Aqthoob Wa Yaa Anjab Wa yaa Saadat Wayaa Ahbab … Waya Ahbaab”

(Wahai para wali qutub, wahai para wali yang dermawan, wahai para sayyid dan habaib [keturunan Rasulullah SAW])

 

وَأَنْــتُمْ يـــَاأُلِى اْلأَ لْبَـــــاب – تَـعَـالَـوْوَانـْصُـــرُوْا لِلّهِ

“Wa Antum Yaa ulil Albab Ta’aa Lau Wan surru Lillah”

(Wahai para wali yang memiliki akal sempurna, engkau adalah penolong, penyantun, datanglah kemari, tolonglah karena Allah)

 

سَـــأَ لْنَــــاكُــمْ سَـأَلْنَـــاُكْــم – وَلِلـزُّلــْفَ رَجَوْنَكُـمْ

“Sa-alnakum sa-alnakum Wali Zulfaa Rojaunakum…..Rojaunakum”

(Dengan perantaraan engkau kami memohon, dengan perantaraan engkau kami memohon dengan mengharapkan do’amu kami dekat dengan Allah)

 

وَفِيْ أَمْـرٍقَـصَــدْ نَـاكُــمْ – فَـشـُــدُّوْا عَـزْمـَــكُــمْ لِلّهِ

“Wa Fii Amrin Qoshadnaakum Faa Syudduuu “azmakum Lillah”

(Dengan maksud perantaraan engkau, untuk tercapai urusan kami, karenanya kokohkanlah tujuan kami karena Allah).

 

فَـيَـــارَبِّيْ بِسَــادَاتِ – تَحَـقَّـــقْــلِيْ إِشَــــارَتِي

“Faa Yaa Robbii Bi Saadaati Tahaqqoqliii Isyaarotii ……Isyarotii”

(Wahai tuhan kami, dengan perantaraan tuan-tuan yang menjadi wali, kokohkanlah petunjuk-Mu kepada kami)

 

عَـسىَ تَـأْ تِيْ بِشَـــــــارَةِ – وَيَــصْـــفُ وَقْـــتُـــــنَا لِلّهِ

“Asaa Ta’tii Bi Syaarooti Wa Yashfu Waqtuna Lillah”

(Semoga lekas datang kebahagiaan kami, semoga waktu kami bersih untuk beribadah karena Allah)

 

بِكَشْفِ الْحَجْبِ عَنْ عَـيْـنِ – وَرَفْــــعِ اْلبَــْيــنِ مِنْ بَـــيْنٍ

“Bi Kasyfil Hajbi “an ‘aini Wa Rof’il Baini Mim Bainin ..….Mimbainin”

(Dengan terbukanya tirai penutup dari mata kami dan hilangkan penghalang antara kami dan Allah)

 

وَطَـمْـسِى اْلكَيْــفِ وَاْلعَيـْنِ – بِـنُـوْرِالْـوَجْــهِ يـَا اَللهُ

“Wa Thomsil Kaifa Wal Aini Binuuril Wajhi Yaa Allah”

(Dan terhapusnya keraguan, bagaimana Allah dan dimana Allah dengan cahaya Dzat Engkau Ya Allah)

 

صَــلَاةُ اللهِ مَـوْلَـنَـــــا – عَلىَ مَنْ بـِالهُـدَى جَنَــا

“Sholatullah Maulana – Ala Man bilhuda jana”

(Wahai tuhan kami, semoga kesejahteraan Allah dilimpahkan kepada orang yang datang dengan membawa petunjuk kepada kami)

 

وَمَنْ بِاْلحَـــقِّ أَوْلَـنــَـــا – شَـفِـيْـــــعِ اْلخـَـلْــقِ عِنْـــدَ الله

“Wa Man Bil Haqqi Aulaana Syafii-‘il Kholqi ‘Indaullah”

(Yaitu nabi Muhammad SAW, yang memberikan Islam sebagai agama kami, dan memberi syafaat kepada para makhluk di sisi Allah).

Isinya Budi Pekerti dan Kebaikan Seseorang

Membaca manaqib, seperti yang dijelaskan dalam buku “Hujjah Amaliyah Ahlusunnah Waljama’ah” oleh Muhammad Ropi’i, bukanlah sekadar mengikuti kata-kata atau cerita. Lebih dari itu, aktivitas ini adalah perenungan mendalam terhadap kehidupan seseorang, khususnya dalam aspek budi pekerti dan akhlak yang terpuji. Dalam konteks ini, kita menafsirkan manaqib sebagai suatu sarana untuk meneliti dan menggali lebih dalam, mengupas nilai-nilai luhur yang menjadi ciri khas pribadi yang dihormati.

Ketika seseorang membaca manaqib, dia seakan-akan menggali harta karun nilai-nilai kebaikan yang terkandung dalam sejarah hidup tokoh tersebut. Bukan hanya sejarah, melainkan cerminan dari karakter dan perilaku yang menjadi contoh dan inspirasi. Ini menjadi landasan untuk mengejar kebaikan, mengamati jejak-jejak kebajikan, dan mengambil pelajaran berharga dari perjalanan hidup yang penuh keikhlasan.

Dalam pengertian yang lebih luas, tujuan dari penulisan kitab manaqib adalah untuk menciptakan iklim spiritual yang memancarkan berkah. Konsep tabaruk muncul sebagai pencarian berkah melalui pengabdian dan kebaikan yang ditinggalkan oleh individu shaleh. Di samping itu, tawasul menjadi usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui perantara orang-orang yang dianggap memiliki akhlak yang mulia.

Dalam konteks sufi, seperti yang diungkapkan dalam buku “Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah: Studi Etnografi Tarekat Sufi Di Indonesia” oleh Emawati, Syukran Makmun, dan Gunawan Anjar Sukmana, membaca manaqib adalah suatu bentuk pengabdian untuk memahami kebaikan para wali yang dicintai Allah. Dengan demikian, umat Islam berharap mendapatkan berkah dan hidayah dari Tuhan melalui pemahaman akan kebaikan yang terpancar dari tokoh-tokoh beriman.

Saat membaca manaqib, suasana penuh khidmat dan kekhusyukan tercipta. Seorang kiai atau tokoh agama menjadi pemandu dalam perjalanan spiritual ini. Jemaah mendengarkan dengan penuh perhatian, mencermati kata-kata dengan seksama, dan aktif memuji Allah dengan kalimat-kalimat indah dari Asmaul Husna. Momen spiritual ini diisi dengan makna yang mendalam, di mana keberkahan dan kebijaksanaan Allah terasa oleh semua yang hadir.

Jadi, membaca manaqib bukan hanya sebuah aktivitas literer, melainkan perjalanan batin untuk memahami, merenung, dan mencari berkah dalam akhlak yang luhur dan keteladanan para tokoh agama. Dalam proses ini, umat Islam tidak hanya mendapatkan pengetahuan, tetapi juga kearifan dan berkah untuk memandu langkah-langkah mereka dalam perjalanan hidup.

Penutup

Dengan mengakhiri artikel dari exponesia.id ini, kita telah menyelami bacaan Manaqib Syeikh Abdul Qodir Al Jailani dengan penuh kekhusyukan dan rasa hormat. Semoga paparan mengenai kehidupan dan ajaran beliau menjadi sumber inspirasi bagi kita semua dalam meniti perjalanan kehidupan ini. Manaqib ini tidak hanya sekadar bacaan, melainkan juga jendela yang membuka pandangan akan kebijaksanaan dan kecintaan kepada Allah yang tercermin dalam setiap langkah Syeikh Abdul Qodir Al Jailani.

Dengan membaca dan merenungkan Manaqib ini, semoga kita dapat meneladani nilai-nilai kebaikan, ketabahan, dan cinta kasih yang beliau perjuangkan. Sebagai umat yang hidup di zaman ini, marilah kita terus menggali dan mengamalkan ajaran-ajaran luhur yang dapat membawa kita mendekat kepada-Nya. Semoga bacaan Manaqib Syeikh Abdul Qodir Al Jailani ini menjadi wasilah untuk memperoleh rahmat dan hidayah dari Allah SWT. Semoga kita semua dapat menjadi pribadi yang lebih baik dan dapat mengamalkan ajaran-ajaran yang telah diwariskan oleh ulama-ulama besar seperti Syeikh Abdul Qodir Al Jailani.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *