Pengertian Fi’il Nahi dan Contohnya

Pengertian Fi’il Nahi dan Contohnya : Pembahasan Lengkap

Posted on

Exponesia.id – Pengertian Fi’il Nahi dan Contohnya : Pembahasan Lengkap. Selamat datang di panduan komprehensif kami tentang Pengertian Fi’il Nahi dan Contohnya, di mana kami akan menjelajahi konsep Fi’il Nahi dan berbagai aplikasinya. Panduan ini akan memberikan pemahaman mendalam, contoh praktis, dan wawasan dari para ahli dalam dunia Fi’il Nahi.

Fi’il Nahi adalah konsep penting dalam bahasa Arab, sering disebut sebagai kata kerja negasi. Ini digunakan untuk menyatakan negasi atau larangan dalam sebuah kalimat. Fi’il Nahi memainkan peran penting dalam tata bahasa dan sintaksis Arab, membantu menyampaikan berbagai makna. Ini adalah alat yang tak tergantikan untuk memahami dan menggunakan bahasa Arab secara efektif.

Pengertian Fi’il Nahi dan Contohnya

Amr adalah perintah, sementara nahi adalah kebalikannya, yang berbentuk masdar (kata dasar) – نھي- ینھي.

نھیا memiliki arti melarang atau mencegah. Pengertiannya secara umum adalah ungkapan yang berasal dari seseorang yang memiliki kedudukan lebih tinggi kepada yang lebih rendah, dengan tujuan agar suatu tindakan tertentu tidak dilakukan.

Namun, dalam ilmu Al-Qur’an, definisinya dapat disederhanakan lebih lanjut sebagai tuntutan untuk meninggalkan atau mencegah melakukan suatu pekerjaan tertentu. Dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa nahi harus berbentuk tuntutan untuk meninggalkan yang ditandai dengan adanya sighat (bentuk kalimat) larangan.

Secara dasar, fi’il ini menggunakan kata kerja fi’il mudhori’ dan tidak menggunakan kata kerja lain selain dari mudhori’. Dengan demikian, fi’il nahi ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu fi’il nahi yang Mukhothob dan fi’il nahi yang ghoib. Namun, yang seharusnya digunakan dalam fi’il nahi ini adalah yang mengandung dhomir mukhotob.

  • Seperti pada kaliamah ; (نَصَرَ يَنْصُرُ) maka yang diambil adalah hanya;
    تَنْصُرُ تَنْصُرَانِ تَنْصُرُوْنَ تَنْصُرِيْنَ تَنْصُرَانِ تَنْصُرْنَ
  • Dan kalau dari (ضَرَبَ يَضْرِبُ) yang diambil hanya;
    تَضْرِبُ تَضْرِبَانِ تَضْرِبُوْنَ تَضْرِبِيْنَ تَضْرِبَانِ تَضْرِبْنَ

Makna fi’il Nahi

Fi’il Nahyi, dalam bahasa Arab, merujuk pada kata kerja larangan. Artinya, ketika fi’il mudhori’ (kata kerja yang menyatakan tindakan yang sedang berlangsung atau akan terjadi) disertai dengan la (لَا), ia mengubah maknanya menjadi larangan.

Contoh-contoh berikut akan membantu menjelaskan makna Fi’il Nahyi:

تَنْصُرُ (kamu sedang menolong, atau kamu akan menolong):

  • Kalimat di atas menyatakan tindakan menolong.
  • Namun, jika Anda memasukkan la (لَا) untuk membentuk Fi’il Nahyi, maka menjadi “لَا تَنْصُرْ,” yang berarti “kamu jangan menolong.” Ini adalah perintah untuk tidak melakukan tindakan tersebut.

تَضْرِبُ (kamu sedang memukul, atau kamu akan memukul):

  • Kalimat ini menggambarkan tindakan memukul.
  • Tetapi ketika Anda menyisipkan la (لَا) untuk membuat Fi’il Nahyi, maka menjadi “لَا تَضْرِبْ,” yang berarti “kamu jangan memukul.” Ini merupakan perintah untuk menghentikan tindakan memukul.

Dengan kata lain, Fi’il Nahyi mengubah makna kata kerja menjadi bentuk larangan, mengingatkan seseorang untuk tidak melakukan tindakan yang dinyatakan oleh kata kerja tersebut. Ini adalah salah satu elemen penting dalam bahasa Arab yang digunakan untuk mengungkapkan perintah, larangan, atau nasihat kepada orang lain.

Contoh Fi’il Nahyi

  1. Pertama dari fi’il mudhori’ (يَنْصُرُ) fi’il nahyinya adalah :
    لَا تَنْصُرْ لَا تَنْصُرَا لَا تَنْصُرُوْ لَا تَنْصُرِيْ لَا تَنْصُرَا لَا تَنْصُرْنَ
  2. Kedua misal dari fi’il mudhori’ (يَضْرِبُ) fi’il nahyinya adalah;
    لَا تَضْرِبْ لَا تَضْرِبَا لَا تَضْرِبُوْ لَا تَضْرِبِيْ لَا تَضْرِبَا لَا تَضْرِبْنَ
  3. Kemudian misal dari fi’il mudhori’ (يَفْتَحُ) fi’il nahyinya adalah;
    لَا تَفْتَحْ لَا تَفْتَحَا لَا تَفْتَحُوْ لَا تَفْتَحِيْ لَا تَفْتَحَا لَا تَفْتَحْنَ

Setelah kalian membaca dengan seksama dan memahaminya sepenuhnya, sekarang cobalah membandingkannya dengan kata kerja fi’il mudhori yang lainnya.

Kemudian lanjutkan dengan mencoba membuatnya seperti contoh di atas menggunakan fi’il mudhori yang berbeda.

Kaidah-Kaidah yang Perlu Diketahui

Setelah mengetahui Pengertian Fi’il Nahi dan Contohnya, nah dalam mengerti tata bahasa Al-Qur’an memerlukan perhatian khusus, dengan pedoman atau aturan yang harus diikuti. Hal yang sama berlaku untuk fi’il amr dan nahi, yang juga memiliki beberapa kaidah, di antaranya adalah:

1. Menuntut Adanya Tahrim

Nahi memerlukan upaya pengharaman (dilakukan dengan segera, berkelanjutan, dan tanpa batas waktu), karena esensinya, larangan adalah sebuah hukum haram yang mungkin bisa menjadi halal jika ada dalil qarinah yang menunjukkan hal tersebut.

Contohnya dalam surat Al-An’am ayat 6 yang mana Allah melarang riba sampai kapan pun,

  • ولا تأ كلوا الربا أضعا فا مضا عفھ ولا تمش في الأرض مرحا .

Apabila Larangannya Tidak Tegas, Justru Itulah yang Sangat Haram

Contoh dari kaidah kedua ini sudah banyak yang mengetahui, yaitu dalam surat Al-Isra’ ayat 32 yang berbunyi

ولا تقربوا الزني.

Ini berarti “dan janganlah kamu mendekati perbuatan zina.” Kata “mendekati” dalam konteks ini tidak secara spesifik menjelaskan jenis tindakan apa yang dimaksud, apakah itu pacaran atau yang lainnya. Namun, yang harus dipahami adalah bahwa bahkan mendekati perbuatan tersebut tidak diperbolehkan, apalagi melakukannya.

2. Larangan Syar’i Berlaku untuk Keseluruhan

Mirip dengan amr, ketika Allah melarang sesuatu untuk tidak dilakukan, maka perintah tersebut harus diikuti dan berlaku untuk semua, kecuali jika terdapat pengecualian.

Contohnya adalah Allah melarang umatnya memakan anjing (semua bagian tubuhnya).

  • Sebagaimana dalam surat Al-Maidah ayat 3 yang berbunyi
  • حرمت علیكم المیتة و الدمولحم الخنزیر وما اھل لغیر لله.

Pada ayat tersebut maksudnya Allah adalah mengharamkan anjing untuk dimakan, baik itu daging, darah atau segala hal yang melekat padanya.

3. Perintah dengan Bentuk Khobar (Berita)

Dalam ilmu balaghah, ada istilah yang disebut kalimat insya’ (perkiraan), yang oleh karena itu tidak dapat dianggap benar atau salah, dan khobar (benar ketika sudah terbukti secara nyata). Dalam konteks kaidah nahi, jika kalimatnya bersifat perkiraan atau relatif, tetapi disampaikan dalam bentuk berita, maka ini menuntut untuk segera dilakukan.

Contohnya adalah larangan Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 197 yang berbunyi

  • فلا رفث ولفسوق ولا جدال في الحجا.
  • Artinya adalah ketika ibadah haji itu tidak boleh berkata jorok ataupun bertengkar.

Definisi berkata jorok tidak memiliki batasan yang pasti, artinya tidak ada kata-kata tertentu yang dapat dianggap “jorok.” Hal ini sangat bergantung pada tempat tinggal seseorang dan budaya yang dianutnya. Namun, sebaliknya, itulah yang harus sangat dihindari dan ditekankan.

4. Larangan itu Menunjukkan Kerusakan

Seperti halnya dengan kaidah haram, jika Allah telah melarang suatu hal tetapi ditolak, maka akan menyebabkan dosa. Oleh karena itu, penting untuk tidak sembarangan menganalisis nahi dalam Al-Qur’an, melainkan harus memahami makna ketegasan yang terkandung di dalamnya.

Kesimpulan Penting

Fi’il Nahi, atau yang juga dikenal sebagai kata kerja negatif dalam bahasa Arab, memiliki peranan penting dalam struktur kalimat Arab. Dalam artikel ini, kita telah membahas pengertian dan contoh-contohnya. Dengan pemahaman yang mendalam tentang Fi’il Nahi, kalian dapat mengenali bagaimana penggunaannya memengaruhi makna kalimat dan menyampaikan pesan dengan lebih jelas.

Semoga penjelasan dari exponesia.id ini, mengenai Pengertian Fi’il Nahi dan Contohnya. Selanjutnya, kalian dapat mengembangkan kemampuan berbahasa Arab kalian dengan lebih baik dan lebih percaya diri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *